Search This Blog

Sunday 28 June 2009

Gayo

. Sunday 28 June 2009

Suku Gayo adalah sebuah suku bangsa yang mendiami dataran tinggi di
provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Suku Gayo mendiami tiga kabupaten
yaitu Kabupaten Aceh Tengah, Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Gayo
Lues. Suku Gayo juga mendiami beberapa kecamatan di kabupaten lainnya,
seperti Kecamatan Serba Jadi di Kabupaten Aceh Timur dan Kecamatan
Beutong di Kabupaten Nagan Raya.

Suku Gayo beragama Islam dan mereka dikenal taat dalam agamanya.

Suku Gayo adalah suku tertua di Aceh. Sebagai suku asli di Aceh, suku
ini berdomisili di Wilayah Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener
Meriah, Aceh Timur, dll. Banyak di daerah pegunungan, bersikap lembut
dan dapat menerima orang baru dengan baik, orang Gayo terkenal sangat
kuat agama Islamnya dan memiliki banyak ulama dan cendikia.

Suku Gayo adalah suku tertua di Aceh. Sebagai suku asli di Aceh, suku
ini berdomisili di Wilayah Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Bener
Meriah, Aceh Timur, dll. Banyak di daerah pegunungan, bersikap lembut
dan dapat menerima orang baru dengan baik, orang Gayo terkenal sangat
kuat agama Islamnya dan memiliki banyak ulama dan cendikia.(http://id.wikipedia.org/wiki/Gayo)
Pusat Gayo berada di Kabupaten Aceh Tengah, sebagian Aceh Tenggara dan
sebagian Aceh Timur. Kabupaten ini memiliki tanah yang subur, itulah
sebabnya banyak penduduknya hidup bercocok tanam, baik bertani di sawah
maupun berkebun. Kopi adalah hasil utama dari daerah ini. Sebagai
bahasa sehari-hari digunakan bahasa Gayo yang memiliki dua dialek,
yakni dialek Gayo (dengan sub dialek Cik dan sub dialek Bukit) serta
dialek Lues. Bahasa mereka tidak berkaitan erat dengan bahasa-bahasa
lain yang dipakai di Indonesia. Suku Gayo dan suku Alas bukanlah suku
yang senang akan permusuhan, Dan dari sejarah perjuangan masyarakat
Aceh di masa Tjut Nyak Dien diketahui dukungan yang diberikan oleh suku
Gayo sangat besar, namun sampai kapanpun mereka tidak pernah dan tidak
akan pernah menagih balasannya karena dukungan yang mereka berikan
adalah untuk kepentingan bersama mengusir penjajah.

Wisata

Objek wisata di Aceh Tengah Dan Bener Meriah ialah Danau Laut Tawar,
Pantan Terong (atraksi pemandangan), Gunung Burni Telong (pemandian air
panas), Taman Buru Linge Isak (berburu), Gua Loyang Koro, Loyang Pukes,
Loyang Datu, Burni Klieten (hiking), dan Krueng Peusangan (rafting).

Seni dan kehidupan masyarkat gayo

Sebagai mana masyarakat lainnya di Indonesia, masyarakat Gayo merefleksikan cita rasa seninya melalui berbagai bentuk.
Seni suara sebagai contoh, Seni ini hadir di tengah masyarakat Gayo
dalam berbagai bentuk seperti Didong, Pepongoten, Sebuku, melengkan,
munenes, saer dan lain sebagainya.

Sesuai dengan perkembangan zaman. Seni suara yang terdiri dari untaian
kata-kata itu, kini banyak dikemas dalam bentuk Lagu Gayo yang diiringi
alat musik yang lebih modern dengan berbagai aliran musik seperti Pop,
Rock, Mars, Hymne, dangdut, bahkan musik exprimental, pengabungan
antara instrument tradisonal dengan instrument modern.

Kemajuan teknologi turut mempengaruhi dunia seni suara di Kabupaten
Aceh Tengah. Era 80-an seni suara hanya dikemas dalam pita kaset
magnetik. Tidak setiap tahun terbit album lagu baru saat itu. di akhir
era 90-an VCD sebagai media mulai dikenal luas oleh masyarakat. Dunia
Seni suara di Aceh Tengah seakan booming, hampir setiap bulan
diluncurkan album baru dalam bentuk pita magnetis maupun VCD. Bahkan
dalam bulan bersamaan mungkin saja ada lebih dari satu album
diluncurkan. Hebatnya lagi, kalau dulu di era 80-an untuk rekaman yang
paling dekat tersedia di Medan, kini di Takengon-pun telah hadir studio
rekaman baik yang profesional maupun amatir.

Perekonomian di Aceh Tengah dapat dikatakan mayoritas bersumber dari
pemanfaatan alam yang subur. Kopi Arabika menjadi tanaman utama
masyarakat Aceh Tengah selain dari budi daya sayuran serta buah-buahan
seperti kentang, cabe, tomat, alpukat, jeruk dan sebagainya. Disamping
itu ada pula yang memanfaatkan keberadaan Danau Lut Tawar dan perairan
umum serta kolam-kolam untuk mengembangkan perikanan air tawar.

Sejarah Singkat Kerajaan Linge

Kerajaan Linge terbentuk tahun 416 H/1025 M dengan raja pertamanya
adalah Adi Genali. Adi Genali (Kik Betul)mempunyai empat orang anak
yaitu: Empuberu, Sibayak Linge, Merah Johan, Merah Linge.
Click to view another photos…
Reje Linge I mewariskan kepada keturunannya sebilah pedang dan sebentuk
cincin permata yang berasal dari Sultan Peureulak Makhdum Berdaulat
Mahmud Syah (1012-1038 M). Pusaka ini diberikan saat Adi Genali
membangun Negeri Linge pertama di Buntul Linge bersama dengan seorang
perdana menteri yang bernama Syekh Sirajuddin yang bergelar Cik Serule.

Kedatangan kaum kolonial Belanda sekitar tahun 1904, tidak terlepas
dari potensi perkebunan tanah Gayo yang sangat cocok untuk budidaya
kopi Arabika, tembakau dan damar.
Pada masa ini wilayah Aceh Tengah dijadikan Onder Afdeeling Nordkus
Atjeh dengan Sigli sebagai ibukotanya.Dalam masa kolonial Belanda
tersebut di kota Takengon didirikan sebuah perusahaan pengolahan kopi
dan damar. Sejak saat itu pula kota Takengon mulai berkembang menjadi
sebuah pusat pemasaran hasil bumi dataran tinggi Gayo, khususnya
sayuran dan kopi.
Sebutan Onder Afdeeling Takengon di era kolonial Belanda, berubah
menjadi Gun pada masa pendudukan Jepang (1942-1945). Gun dipimpin oleh
Gunco. Setelah kemerdekaan RI diproklamirkan pada 17 Agustus 1945,
sebutan tersebut berganti menjadi wilayah yang kemudian berubah lagi
menjadi kabupaten.
Aceh Tengah berdiri tanggal 14 April 1948 berdasarkan Oendang-oendang
No. 10 tahoen 1948 dan dikukuhkan kembali sebagai sebuah kabupaten pada
tanggal 14 November 1956 melalui Undang-undang No. 7 (Drt) Tahun 1956.
Wilayahnya meliputi tiga kewedanaan yaitu Kewedanaan Takengon, Gayo
Lues dan Tanah Alas.
Sulitnya transportasi dan didukung aspirasi masyarakat, akhirnya pada
tahun 1974 Kabupaten Aceh Tengah dimekarkan menjadi Kabupaten Aceh
Tengah dan Aceh Tenggara melalui Undang - undang No. 4 Tahun 1974.
Kemudian, pada 7 Januari 2004, Kabupaten Aceh Tengah kembali dimekarkan
menjadi Kabupaten Aceh Tengah dan Bener Meriah dengan Undang -undang
No. 41 Tahun 2003. Kabupaten Aceh Tengah tetap beribukota di Takengon,
sementara Kabupaten Bener Meriah beribukota Simpang Tiga Redelong.

0 komentar:

 
{nama-blog-anda} is proudly powered by Blogger.com | Template by Agus Ramadhani | o-om.com